Kamis, 10 Mei 2012

Konsep

Untuk menanggulangi sampah pada suatu desa atau perkotaan bisa ditanggulangi dengan PLTsa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) yang dimana membuat sampah berkurang dan juga mendapatkan energi listrik dari sampah tersebut sehingga suatu desa bisa mempunyai energi yang tidak bergantung pada PLN.
Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas. 
Konsep Pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) atau PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007) adalah sebagai berikut :
1.        Pemilahan sampah
Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur ulang. Sisa sampah dimasukkan kedalam tungku Insinerator untuk dibakar.
2.        Pembakaran sampah
Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran yang memungkinkan berjalan efektif dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran dipertahankan dalam derajat pembakaran yang tinggi (di atas 1300°C). Asap yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk dapat sesuai dengan standar baku mutu emisi gas buang.
3.        Pemanfaatan panas
Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator listrik.
4.        Pemanfaatan abu sisa pembakaran
Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu. Volume dan berat abu yang dihasilkan diperkirakan hanya kurang 5% dari berat atau volume sampah semula sebelum di bakar. Abu ini akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku batako atau bahan bangunan lainnya setelah diproses dan memiliki kualitas sesuai dengan bahan bangunan.
Dikota-kota besar di Eropah, Amerika, Jepang, Belanda dll waste energy sudah dilakukan sejak berpuluh tahun lalu, dan hasilnya diakui lebih dapat menyelesaikan masalah sampah. Pencemaran dari PLTSa yang selama ini dikhawatirkan oleh masyarakat sebenarnya sudah dapat diantisipasi oleh negara yang telah menggunakan PLTSa terlebih dahulu. Pencemaran- pencemaran tersebut seperti :
·          Dioxin
Dioxin adalah senyawa organik berbahaya yang merupakan hasil sampingan dari sintesa kimia pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan bahan yang mengandung unsur halogen pada temperatur tinggi, misalnya plastic pada sampah, dapat menghasilkan dioksin pada temperatur yang relatif rendah seperti pembakaran di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) (Shocib, Rosita, 2005).
PLTSa sudah dilengkapi dengan sistem pengolahan emisi dan efluen, sehingga polutan yang dikeluarkan berada di bawah baku mutu yang berlaku di Indonesia, dan tidak mencemari lingkungan.
·          Residu
Hasil dari pembakaran sampah yang lainnya adalah berupa residu atau abu bawah  (bottom ash)   dan abu terbang (fly ash) yang termasuk limbah B3, namun hasil-hasil studi dan pengujian untuk pemanfaatan abu PLTSa sudah banyak dilakukan di negara-negara lain. Di Singapura saat ini digunakan untuk membuat pulau, dan pada tahun 2029 Singapura akan memiliki sebuah pulau baru seluas 350 Ha (Pasek, Ari Darmawan, 2007). 
PLTSa akan memanfaatkan abu tersebut sebagai bahan baku batako atau bahan bangunan.
·          Bau
tentulah setiap sampah yang belum diolah akan menyebabkan bau yang tidak sedap.
Sehinggaa untuk menghindari bau yang berasal dari sampah akan dibuat jalan tersendiri ke lokasi PLTSa melalui jalan Tol, di sekeliling bagunan PLTSa akan ditanami pohon sehingga membentuk greenbelt (sabuk hijau) seluas 7 hektar.

Potensi Suatu Desa


Potensi Suatu Desa Umumnya
            Potensi merupakan suatu keadaan yang terdapat pada suatu daerah dimana keadaan tersebut dapat dikembangkan, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan terhadap daerah itu sendiri. Desa memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan, baik potensi fisik maupun non fisik. Potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Desa. Potensi yang ada di Desa antara lain berupa potensi alam, potensi ekonomi, potensi sosial budaya, dan potensi kelembagaan.
1. Potensi Alam
            Potensi alam merupakan suatu potensi fisik dasar yang dimiliki suatu wilayah atau kawasan. Potensi-potensi alam yang dimiliki Desa, antara lain:
a. Kondisi tanah yang subur
      Kondisi tanah di Desa termasuk tanah yang subur sehingga baik digunakan untuk lahan pertanian. Sebagian besar tanah di Desa digunakan sebagai lahan pertanian, sehingga dapat meningkatkan produksi pertanian yang ada. Tanaman-tanaman pertanian seperti padi, jagung, dan tebu dapat berkembang dengan baik sehingga sebagian besar pendapatan masyarakat  desa diperoleh dari sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tanah yang subur di Desa dapat membuka peluang sebagai salah satu kawasan sentra produksi pertanian. 
b. Padi
      Kekayaan alam yang dimiliki oleh Desa sebagian besar adalah tanaman padi. luas wilayah Desa terdiri dari lahan pertanian, sehingga mayoritas lahan pertanian ditanami tanaman padi. Tanaman padi yang ada di Desa memiliki kualitas yang baik, namun beberapa hasil panen terkahir mengalami penurunan karena tanaman terserang hama penyakit.
2. Potensi ekonomi
Potensi ekonomi merupakan potensi yang dimiliki penduduk desa dari hasil sektor mata pencaharian. Potensi ekonomi yang terdapat di Desa yaitu sebagai berikut.
a. Komoditas pertanian
Sebagai desa yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa hasil pertanian, Desa  dapat meningkatkan perekonomian masyarakat serta mengurangi pengangguran yang ada. Komoditas pertanian yang ada di Desa meliputi padi, tebu, dan jagung. Komoditas-komoditas tersebut dipasarakan di pasar-pasar terdekat sehingga untuk penyaluran hasil-hasil produksi pertanian tidak membutuhkan biaya yang lebih untuk transportasi. Dari hasil penjualan komoditas tersebut sebagian digunakan sebagai kebutuhan pangan rumah tangga dan sebagian dikonsumsi sendiri oleh masyarakat.
3. Potensi Sosial Budaya
Potensi sosial budaya yang terdapat di Desa yaitu sebagai berikut.
a. Peninggalan-peninggalan sejarah
Jika Desa memiliki beberapa situs peninggalan sejarah yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai wisata budaya.
4. Potensi Kelembagaan
Potensi kelembagaan yang terdapat di Desa Lebakjabung yaitu sebagai berikut.
a. Lembaga Masyarakat Desa sekitar (LMD)
Lembaga Masyarakat Desa (LMD) merupakan salah satu lembaga di Desa yang berperan dalam pemberdayaan masyarakat.
b. Kelompok Kesenian
 Dengan adanya kelompok kesenian tersebut dapat membantu mengurangi pengangguran dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu, juga membantu melestarikan warisan budaya nenek moyang sebagai permainan atau pertunjukkan tradisional. Sehingga kelompok kesenian tersebut perlu dikembangkan agar lebih baik dan berkembang.
c. Pemerintahan yang priodik
Sistem pemerintahan di Desa merupakan sistem Kades (Kepala Desa) dimana yang memimpin sistem pemerintahan desa ini adalah seorang kepala Desa. Sistem pemerintahan yang sekarang telah menganut sistem priodik, dimana setiap 1 kali kepengurusan akan dipilih lagi kepala Desa dan perangkat desa yang baru. Hal ini menimbulkan stabilitas politik di tatanan kelembagaan desa, sebab tidak ada lagi kepala desa yang menjabat sampai jangka waktu tetentu yang tidak pasti waktunya. Sebelum menganut sistem priodik, sistem pemerintahan kelembagaan Desa menganut sistem yang tidak tentu. Masa jabatan seorang Kepala Desa tidak ditentukan secara pasti jangka waktu periode jabatannya sehingga stabilitas kelembagaan tidak baik karena dipimpin oleh seorang yang tidak tentu waktu masa jabatannya.

Permasalahan suatu desa

Berhubung dengan ketidak hadiran staff di kelurahan yang memegang data tentang permasalahan dan potensi desa maka kami tidak mendapatkan datanya, sehingga kami mencari permasalahan yang berkaitan dengan suatu desa yaitu: 





Permasalahan yang dihadapi Masyarakat Desa umumnya
Desa yang sederhana tidak berarti lepas dari masalah. Masyarakat Desa juga memiliki harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Permasalahan yang ada meliputi beberapa bidang, antara lain :
a.       Kesehatan
Kesehatan dikeluhkan oleh warga. Penyakit yang sering timbul adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). ISPA banyak menyerang kepada anak-anak. Dugaan dari bidan setempat ISPA disebabkan oleh perilaku tidak sehat para bapak, yaitu merokok.
b.       Pertanian
Harga pupuk mahal dan irigasi tidak terjaga akibatnya jika hujan banjir, jika kemarau kekeringan.
Warga desa menyadari akan kurangnya kepedulian mayoritas warga untuk menyekolahkan anak-anaknya. Mayoritas anak-anak mereka setamat SMA langsung bekerja atau menikah. Akibatnya kesadaran warga akan hukum kurang. Begitu pula dengan pekerjaan mereka, kebanyakan dari warga adalah buruh tani, mereka tidak memiliki sawah sendiri.
c. Alih fungsi lahan
Sebanyak 80% lahan yang ada di Desa merupakan lahan pertanian yang sangat produktif. Namun, mulai tahun 2007 mulai banyak adanya penggalian batu di Desa dengan menggunakan alat-alat berat. Penggalian tersebut dilakukan di atas lahan pertanian di sekitar sungai yang masih produktif sehingga menyebabkan lahan pertanian menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat yang beralih pekerjaan dari petani menjadi penggali batu. Dengan adanya penggalian batu tersebut banyak permasalahan-permasalahan baru yang muncul seperti sungai menjadi keruh sehingga masyarakat menjadi kesulitan air bersih, kesenjangan sosial antara masyarakat yang berada di daerah sekitar penggalian dengan masyarakat yang jauh dari penggalian. Kondisi seperti ini harus segera diatasi agar masyarakat tidak lagi kesulitan air bersih dan mampu meningkatkan perekonomiannya demi keberlangsungan serta kenyamanan masyarakat Desa.
d. Sanitasi
Permasalahan kesehatan merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian dalam upaya pengembangan suatu wilayah desa. Sistem sanitasi yang digunakan oleh masyarakat Desa sebagian besar belum memenuhi standar kelayakan dan kesehatan lingkungan. Kebanyakan masyarakat belum memiliki fasilitas MCK (mandi cuci kakus) pribadi yang baik. Mereka menggunakan fasilitas MCK umum untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan lain-lain. Tetapi fasilitas MCK umum yang digunakan pun belum layak dan tidak sesuai standar kesehatan lingkungan. Sanitasi sangat erat kaitannya dengan kesehatan, apabila sanitasi yang baik akan berdampak baik bagi kesehatan lingkungan serta masyarakat.
e. Persampahan
Permasalahan persampahan yang ada di Desa adalah masalah pengelolaan sampah adan tempat penampungan sampah yang kurang memadai. Pengelolaan sampah di Desa masih dilakukan secara individu oleh masyarakat dan kebanyakan masih menggunakan cara yang tradisonal yaitu langsung dibakar tanpa ada pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Desa yang belum memiliki tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA). Permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan dan lingkungan sebaiknya segera diatasi sebaik mungkin minimal dengan adanya pengadaan bak sampah pada tiap-tiap rumah tangga.
f. Sumber air bersih
Permasalahan yang paling utama di Desa adalah masalah sumber air bersih. Kesulitan sumber air bersih juga berpengaruh pada kesehatan masyrakat. Sejak adanya penggalian batu yang ada di Desa, masyarakat menjadi kesulitan air bersih karena sungai menjadi keruh dan tidak dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Saat ini masyarakat hanya mengandalkan tandon air yang jumlahnya sangat terbatas, sehingga perlu adanya penggiliran untuk memperoleh air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.
g. Penerangan jalan
Permasalahan lain yang ada di Desa adalah masalah lampu penerangan jalan yang belum memadai sehingga apabila malam hari terlihat sangat gelap. Terutama penerangan yang berada di sekitar jalan permukiman sangat sedikit sekali dan penerangan di sekitar jalan utama pun juga belum memadai.

2. Masalah sosial ekonomi
a. Tingkat pendidikan masyarakat
Tingkat pendidikan secara umum dapat mencerminkan tingkat kecerdasan seorang manusia. Permasalahan yang ada di Desa adalah tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian besar masih rendah. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah menyebabkan masyarakat kurang berinovasi dan mencari solusi-solusi yang efektif untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Tingkat pendidikan yang rendah juga menyebabkan pola pikir dari masyarakat menjadi sempit, akhirnya mereka sulit untuk beradaptasi terhadap kondisi yang baru atau kurang peka terhadap perubahan yang terjadi secara cepat. Kualitas sumber daya masyarakat semakin berkurang akibat tingkat pendidikan yang rendah.
b. Mata pencaharian yang tidak tetap
Faktor ekonomi merupakan salah satu penghambat kemajuan masyarakat. Keterbelakangan dalam hal ekonomi dapat menjadi hambatan untuk peningkatan dan pengembangan kualitas desa. Masyarakat Desa masih banyak yang belum memiliki mata pencaharian yang tetap, terutama yang masyarakat yang berada di Dusun. Hal ini menimbulkan kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil, sehingga berdampak pada kestabilan ekonomi masyarakat secara umum. Sebagian besar warga yang menjadi petani juga belum memiliki lahan sendiri untuk bertani, hal ini menyebabkan pendapatan mereka tiap bulan tidak menentu. Permasalahan ini merupakan salah satu tantangan untuk pengembangan Desa baik dari dalam (pengembangan internal) maupun dari luar (pengembangan eksternal).

Profil Desa Belendung


Profil Desa
   Profil Kelurahan Belendung secara umum dapat di gambarkan sebagai berikut :


  • KONDISI UMUM WILAYAH

Nama Kelurahan  :  Belendung
Kecamatan  :  BendaKota  :  TangerangProvinsi :  BantenLuas pemukiman :  70 haLuas Kawasan Industri  :  4.5haLuas Kuburan dan Wakaf : - haLuas Lahan Pertanian  :  80 haLuas Taman  : -  haLuas Perkantoran  :  1 ha           Luas Prasarana Umum lainnya : -  haJumlah Penduduk : 8.667 Jiwa


Jumlah Kepala Keluarga :    3.883  Jiwa

Kondisi  Pendidikan
Tamat SD Sederajat
404 orang
SLTP/sederajat 
392 orang
SLTA/sederajat
578 orang
D1-D3
89 orang
S1-S3
327 orang





Kondisi Mata Pencaharian
Buruh/ Swasta
4669 orang
Pegawai Negeri
396 orang
Pertukangan
253 orang
Pedagang
3615 orang
Pensiunan
49 orang
Pemulung
2 orang
Jasa
6 orang
Buruh tani      435 orang        





Rabu, 09 Mei 2012

Profil Kantor Kelurahan


Kantor Kelurahan Belendung
Kelurahan/Desa       : Siswaraya/Belendung
Kecamatan              : Benda
Kabupaten               : Tangerang

Propinsi                   : Banten

Informasi Umum Kelurahan Benda

Inforrmasi Umum Mengenai Kelurahan Belendung

1 INFORMASI UMUM
1.1 Cakupan Wilayah
1.1.5 Jumlah Dusun
0
1.1.6 Jumlah RW
11
1.1.7 Jumlah RT
49
1.2 Cakupan Penduduk
1.2.1 Jumlah Keseluruhan 2010
1.2.1.1 KK
3.883
1.2.1.2 Jiwa
16.086
1.2.1.3 Penduduk dewasa
14.267
1.2.2 Kategori Miskin 2008
1.2.2.1 KK
601
1.2.2.2 Jiwa (Kalau tidak ada di BKKBN disertai dengan catatan)
2.412
1.3 Jumlah Pagu BLM
1.3.1 APBN (DUB)
80.000.000
1.3.2 APBD (DDUB)
20.000.000
2 TAHAP AWAL (INFORMASI TAHAPAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT)
2.1 Audit Independen Keuangan LKM/BKM Tahunan
2.1.1 JumlahLKM/BKM telah melaksanakan audit indenpen tahunan
1
2.1.1.1 Jumlah LKM/BKM Wajar tanpa Persyaratan (UO)
0
2.1.1.2 Jumlah LKM/BKM wajar dengan Persyaratan (QO)
1
2.1.1.3 Jumlah LKM/BKM Tidak wajar(AO)
0
2.1.1.4 Jumlah LKM/BKM tanpa opini (DO)
0
2.1.1.5 Jumlah LKM/BKM yang belum melaksanakan
0
2.2 Refleksi 3 Tahunan
2.2.1 Pertemuan warga untuk Refleksi 3 Tahunan
2.2.1.1 Tk kelompok/RT/RW/dusun
2.2.1.1.1 Jumlah pertemuan
1
2.2.1.1.2 Jumlah cakupan peserta
302
2.2.1.1.2.1 Jumlah peserta perempuan
160
2.2.1.1.2.2 Jumlah peserta Miskin/Rentan
148
2.2.1.2 Tk kelurahan
2.2.1.2.2 Jumlah pertemuan
1
2.2.1.2.3 Jumlah cakupan peserta
100
2.2.1.2.3.1 Jumlah peserta perempuan
53
2.2.1.2.3.2 Jumlah peserta miskin/Rentan
40
2.3 Komunitas Belajar Kelurahan (KBK)
2.3.1 Jumlah Pertemuan
0
2.3.1.1 Jumlah cakupan peserta
0
2.3.1.1.1 Jumlah peserta perempuan
0
2.3.1.1.2 Jumlah peserta miskin/Rentan
0
2.4 Pengorganisasian Masyarakat
2.4.1 Pelaksanaan Ulang FGD Refleksi Kemiskinan
2.4.1.2 Jumlah Kegiatan / Event FGD
1
2.4.1.3 Jumlah Cakupan Peserta FGD
333
2.4.1.3.1 Perempuan
176
2.4.1.3.2 Miskin/Rentan
163
2.4.1.4 Penyepakatan hasil FGD
2.4.1.4.1 Jumlah peserta
200
2.4.1.4.1.1 Perempuan
106
2.4.1.4.1.2 Miskin/Rentan
96
2.4.2 Penyempurnaan/Pelaksanaan Ulang Pemetaan Swadaya berorientasi IPM - MDGs
2.4.2.2 Jumlah Kegiatan / Event
2
2.4.2.3 Jumlah Cakupan Peserta
534
2.4.2.3.1 Perempuan
284
2.4.2.3.2 Miskin/Rentan
229
2.4.2.4 Hasil Pemetaan Swadaya
2.4.2.4.1 Jumlah KK Miskin *
312
2.4.2.4.2 Jumlah Jiwa Miskin
143
2.5 Pengembangan Kelembagaan Masyarakat
2.5.1 Penyiapan Pemilu Ulang LKM/BKM
2.5.1.2 Jumlah Kegiatan / Event
0
2.5.1.3 Jumlah Cakupan Peserta
0
2.5.1.3.1 Perempuan
0
2.5.1.3.2 Jiwa Miskin / Rentan
0
2.5.2 Seleksi utusan Masyarakat di tingkat RT/RW atau unit terkecil lainnya
2.5.2.2 Jumlah kegiatan
0
2.5.2.3 Jumlah Peserta Pemilih
0
2.5.2.3.1 Perempuan
0
2.5.2.3.2 Jiwa Miskin / Rentan
0
2.5.2.4 Jumlah Utusan
2.5.2.4.1 Perempuan
0
2.5.2.4.2 Jiwa Miskin / Rentan
0
2.5.3 Pemilu Ulang LKM/BKM
2.5.3.1 Jumlah pertemuan
0
2.5.3.2 Jumlah Utusan yang Hadir
0
2.5.3.2.1 Perempuan
0
2.5.3.2.2 Jiwa Miskin / Rentan
0
2.5.4 LKM/BKM hasil Pemilu Ulang
2.5.4.1 Jumlah LKM/BKM terbentuk
0
2.5.4.2 Jumlah Anggota
0
2.5.4.2.1 Perempuan
0
2.5.4.2.2 Jiwa Miskin / Rentan
0
2.6 Pembentukan/Pengukuhan UP - UP
2.6.1 UPL
2.6.1.2 Jumlah Pengurus
0
2.6.1.2.1 Perempuan
0
2.6.1.2.2 Jiwa Miskin / Rentan
0
2.6.2 UPS
2.6.2.2 Jumlah Pengurus
0
2.6.2.2.1 Perempuan
0
2.6.2.2.2 Jiwa Miskin / Rentan
0
2.6.3 UPK
2.6.3.2 Jumlah Pengurus
0
2.6.3.2.1 Perempuan
0
2.6.3.2.2 Jiwa Miskin / Rentan
0
2.6.4 Pembentukan Pengawas UPK
2.6.4.1 Jumlah Pengawas UPK terbentuk
0
2.6.4.2 Jumlah Anggota
0
2.6.4.2.1 Perempuan
0
2.6.4.2.2 Jiwa Miskin / Rentan
0
2.7 PJM Pronangkis
2.7.1 Sosialisasi dalam rangka penyusunan PJM Pronangkis
2.7.1.1 Jumlah Pertemuan Warga
2
2.7.1.2 Jumlah Peserta
501
2.7.1.2.1 Perempuan
266
2.7.1.2.2 Jiwa Miskin dan Rentan
246
2.7.2 Bimbingan Teknik Tim PP
2.7.2.1 Jumlah Peserta
0
2.7.2.1.1 Perempuan
0
2.7.2.1.2 Jiwa Miskin dan Rentan
0
2.7.3 Penyusunan PJM Pronangkis
2.7.3.1 Proses Penyusunan PJM Pronangkis
2.7.3.1.2 Jumlah Pertemuan Warga
3
2.7.3.1.3 Jumlah Peserta
207
2.7.3.1.3.1 Perempuan
108
2.7.3.1.3.2 Jiwa Miskin dan Rentan
100
2.7.3.2 Konsultasi PJM Pronangkis Tingkat Kabupaten
2.7.3.2.1 Jumlah Kelurahan
0
2.7.3.2.2 Jumlah Kegiatan/Event
0
2.7.3.2.3 Jumlah Peserta
0
2.7.3.3 Rumusan PJM Pronangkis
2.7.3.3.1.1 Kegiatan Lingkungan
24
2.7.3.3.1.2 Kegiatan Sosial
3
2.7.3.3.1.3 Kegiatan Ekonomi
1
2.7.3.3.2 Nilai Rencana Kegiatan
2.7.3.3.2.1 Kegiatan Lingkungan
1.682.950.000
2.7.3.3.2.2 Kegiatan Sosial
127.440.000
2.7.3.3.2.3 Kegiatan Ekonomi
114.600.000
2.7.4 Forum LKM/BKM Tingkat Kabupaten/Kota
2.7.4.1 Jumlah Forum LKM/BKM Terbentuk
0
2.7.4.2 Jumlah LKM/BKM dalam Forum LKM/BKM
0
2.8 Tinjauan Partisipatif
2.8.1 Tinjauan Partisipatif Internal (Kelembagaan & Program)
2.8.1.1 Jumlah Kelurahan yg sudah melaksanakan
1
2.8.1.2 Jumlah Kegiatan / Event
1
2.8.1.3 Jumlah Cakupan Peserta
301
2.8.1.3.1 Perempuan
160
2.8.1.3.2 Jiwa Miskin/Rentan
147
2.8.2 Tinjauan Partisipatif Eksternal
2.8.2.1 Jumlah Kelurahan yg sudah melaksanakan
1
2.8.2.2 Jumlah Kegiatan / Event
1
2.8.2.3 Jumlah Cakupan Peserta
334
2.8.2.3.1 Perempuan
177
2.8.2.3.2 Jiwa Miskin/Rentan
164
2.9 Pelaksanaan Rembug Warga tahunan (RWT)
2.9.2 Jumlah Peserta
504
2.9.2.1 Perempuan
267
2.9.2.2 Jiwa Miskin / Rentan
230